Paparan panas salah satu risiko di lapangan kerja. Kasus Heat Stress cukup sering terjadi di beberapa negara terutama yang mengalami peningkatan suhu akibat perubahan iklim. Permenaker Nomor 5 tahun 2018 telah mengatur tentang K3 di lingkungan kerja pada 75%-100% waktu jam kerja dengan ISBB (°C) 28,0 dengan beban kerja sedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan panas, konsumsi air minum, dan durasi kerja dengan keluhan Heat Stress pada pekerja lapangan di PT. Asta Rekayasa Unggul. Metode penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional dengan jenis deskriptif analitik. Sampel yang digunakan 30 pekerja lapangan di PT. Asta Rekayasa Unggul. Variabelnya yaitu keluhan Heat Stress, tekanan panas, konsumsi air minum, dan durasi kerja. Alat ukur yang digunakan environment meter. Analisis data univariat dan bivariat uji kolerasi spearman program perangkat lunak data statistik. Hasil analisis menunjukkan tekanan panas (P=0,821; R=-0,043), konsumsi air minum (P=0,684; R=0,077), dan durasi kerja (P=0,184; R=0,249) tidak memiliki hubungan signifikan dengan keluhan Heat Stress. Seluruh variabel menunjukkan korelasi sangat lemah. Hubungan tidak searah pada tekanan panas, hubungan searah pada konsumsi air minum dan durasi kerja dengan keluhan Heat Stress. Kesimpulan, tekanan panas dengan suhu 29,7°C pada Fabrikasi 1, 30,9°C pada Fabrikasi 2. Kemudian tidak ada hubungan tekanan panas, konsumsi air minum, dan durasi kerja dengan keluhan Heat Stress. Saran program edukasi mengenai bahaya Heat Stress untuk menambah pengetahuan, jeda jam kerja saat kondisi tekanan panas, dan mengingatkan pentingnya mengonsumsi air minum yang cukup.