Penyakit saluran pernafasan bisa diakibatkan oleh debu yang terhirup oleh pekerja sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Industri pertambangan penyumbang debu terbesar, sehingga orang yang bekerja berisiko mengalami gangguan pernafasan. Operator alat berat berisiko terpajan debu dari aktivitas kerjanya seperti mengoperasikan berbagai jenis alat berat khusus pertambangan, menggali, memuat, memindahkan, dan menumpuk batubara dari satu lokasi ke lokasi lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala gangguan pernapasan yang dialami oleh operator alat berat dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya (umur, masa kerja, jam kerja, penggunaan APD, paparan debu dan kebiasaan merokok). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode Cross Sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 33 responden (total sampling). Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan Uji Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gejala gangguan pernapasan yang dialami pekerja masih dalam tingkat ringan. Dari hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan gejala gangguan pernapasan (p=0,035) dan tidak terdapat hubungan antara umur (p=0,167), masa kerja (p=0,264), jam kerja (p=0,451), penggunaan APD (p=0,893) dan paparan debu (p=0,952) dengan gejalan gangguan pernapasan.
Penelitian ini menyarankan perusahaan untuk menetapkan adanya aturan/SOP yang melarang pekerja untuk merokok selama bekerja dan pemberian pemahaman yang intensif mengenai bahaya merokok bagi kesehatan.