Masyarakat Manggarai dan komunitas-komunitas Manggarai di Samarinda, tampaknya kurang memperhatikan kesenian yang sejatinya adalah ciri khas atau identitas masyarakat Manggarai yaitu tari Caci. kurangnya minat masyarakat dan komunitas Manggarai ini dipengaruhi oleh faktor perkembangan teknologi dan modernisasi sehingga membuat masyarakatnya hidup dengan tuntutan globalisasi. Menghadapi kondisi demikian, komunitas IKAMBA baerupaya mempertahankan identitas tari Caci dengan mengadapatasi media baru serta praktik baru terutama pada musik tari Caci itu sendiri. penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. teknik pengumpulan data seperti studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. teknik analisis datanya seperti reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. penelitian ini juga menggunakan metode penelitian lapangan Etnomusikologi yakni field work (kerja lapangan) dan desk work (kerja meja). hasil penelitian menunjukan bentuk peran komunitas IKAMBA mempertahankan musik tari Caci adalah dengan mengkolkaborasi alat musik gong dan gendang dengan teknologi modern seperti audio dari youtube yang tersambun g ke spiker aktif sebagai pengiring tari Caci. Peranan teknologi ini sebagai penunjang keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat dan komunitas seperti pemain musik, alat musik, serta sebagai pengeras suara agar musik iringannya bisa terdengar jelas oleh penari. media baru ini tidak menghilangkan esensi musik tarti Caci, karena audio yang diputarkan masih irama iringan asli masyarakat Manggarai pada umumnya. irama iringan ini terdiri dari dua bentuk komposisi mujsik yaitu Takitu dan Kedendit, yang masing-masing memiliki instrumen Nde Gong, Gong Loe, Nde Gendang, dan Gendang Loe.