Industri manufaktur pada pengolahan karet alam menggunakan sumber daya air dalam jumlah besar, karena proses pengolahan pencucian berkali-kali pada karet. PT. Multi Kusuma Cemerlang menggunakan sumber daya air dari Sungai Mahakam yang diolah pada WTP (Water Treatment Plant) sebagai sumber air utama produksi, serta menggunakan sebagian sumber daya air dari recycle water hasil pengolahan limbah cair. Penggunaan recycle water dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat menggantikan air baku dengan prinsip eko-efisiensi. Air limbah domestik (grey water) saat ini belum keseluruhan diolah pada IPAL dan harus melakukan pengolahan limbah. Pemilihan alternatif teknologi terbaik dalam meningkatkan mutu recycle water yakni dengan proses lanjutan IPAL industri dan pemilihan pengolahan limbah cair domestik dilakukan dalam eko-efisiensi penggunaan recycle water yang dapat dimanfaatkan secara efisien. Dengan menggunakan metode AHP pada kriteria biaya investasi, biaya operasional, performansi teknologi, penggunaan energi, kebutuhan lahan, dan manpower, alternatif A menjadi proses lanjutan IPAL industri terbaik dengan bobot 63,1%, dengan menggunakan reverse osmosis yang telah ada pada WTP atau pengolahan air baku untuk mengolah air efluen menjadi air bersih yang memenuhi parameter air bersih untuk industri. Dengan menggunakan metode AHP pada kriteria performansi teknologi, penggunaan energi, biaya investasi, biaya operasional, waktu pembangunan, kebutuhan lahan, manpower, dan estetika, PT. DUJ yang menawarkan teknologi IPAL domestik dengan proses aerasi, sedimentasi, hingga proses ozonisasi menjadi pilihan IPAL domestik terbaik prioritas utama dengan bobot sebesar 53,7%. Kelayakan investasi pada kedua alternatif terpilih dengan payback period dalam waktu 2 tahun 5 bulan. NPV pada investasi tersebut bernilai positif menunjukkan bahwa investasi dikatakan layak, dengan asumsi interest rate 6% dan prediksi 5 tahun kedepan. Penggunaan recycle water dengan adanya proses lanjutan Alternatif A dan IPAL domestik PT. DUJ ditargetkan lebih dari 85% pemakaian yang menggantikan sebagian air baku dalam kebutuhan kegiatan produksi dan nonproduksi dapat tercapai.