Stunting pada anak berusia 0-23 bulan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) tahun 2023, prevalensi stunting berada pada angka 21,6 persen atau 4,7 juta. Demikian halnya dengan permasalahan stunting di Provinsi Kalimantan Timur dengan stunting sebesar 22.8% tahun 2021 dan 23.9% pada tahun 2022. Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) menyediakan data yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi stunting. Penelitian bertujuan untuk memperoleh model regresi logistik biner pada kejadian stunting pada anak 0-23 bulan di Provinsi Kalimantan Timur. Metode yang digunakan adalah non-reactive research dengan desain cross-sectional. Penelitian melibatkan sampel data sekunder dari data SSGI Tahun 2022 dan dianalisis menggunakan regresi logistik biner. Hasil Peneltian menunjukkan bahwa Berat Badan Lahir dan Tinggi Badan Ibu berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunting pada anak umur 0-23 bulan. Model prediksi yang diperoleh: stunting = -1,706+1,042 (BBLR)+1,115 (Tinggi Badan Ibu). Model ini mampu menjelaskan 59,4% variasi kejadian stunting pada anak umur 0-23 bulan dan ketepatan klasifikasi yang diberikan sebesar 83,2% Dapat disimpulkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan Tinggi Badan Ibu berpengaruh signifikan terhadap stunting pada anak umur 0-23 bulan. Dengan demikian, diperlukan perhatian khusus kepada remaja dan ibu hamil dengan status gizi rendah melalui program edukasi gizi dan kesehatan produksi untuk meningkatkan kualitas hidup.