Banyak petani dan pengusaha melihat perkebunan kelapa sawit sebagai bisnis. Namun, produktivitas sawit nasional secara umum masih rendah dibanding dengan negara-negara lain atau dibandingkan dengan potensi sebenarnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kembali hasil produksi dan kualitas produksi sawit adalah dengan memberikan pupuk yang tepat. Dalam menentukan pupuk sawit yang tepat terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi seperti biaya perawatan yang sangat tinggi, tidak adanya ahli pakar penentu pupuk di beberapa tempat, dan pemberian pupuk yang seharusnya diberikan dengan cepat menjadi terlambat karena menunggu hasil laboratorium dan analisis terlebih dahulu. Pupuk merupakan salah satu sumber hara bagi tanaman yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman, karena kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Pada kasus pemilihan pupuk terbaik sebagai rekomendasi dalam meningkatkan hasil panen kelapa sawit menjadi salah satu masalah yang muncul sehingga perlu merancang dan membangun sebuah sistem pendukung keputusan yang menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
dan Technique for Order Performance by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Penggunaan metode AHP bertujuan untuk menentukan bobot kriteria, sedangkan metode TOPSIS digunakan untuk proses pengurutan peringkat alternatif berdasarkan nilai preferensi tertinggi. Penelitian ini menggunakan 10 pupuk sebagai alternatif dan 6 kriteria seperti Kandungan Posfor (P), Kandungan Kalium (K), Kandungan Nitrogen (N), Kandungan Magnesium (Mg), dan Harga. Berdasarkan perhitungan menggunakan kombinasi metode AHP dan metode TOPSIS diperoleh bahwa Alternatif ke-8 yaitu
pupuk NPK Mutiara 16-16-16 adalah alternatif terbaik dengan nilai preferensi tertinggi sebesar 0,5947.