Anilin (C₆H₆NH₆) merupakan senyawa organik yang memiliki struktur sederhana namun memiliki peran penting dalam berbagai industri, seperti pembuatan pewarna, farmasi, bahan kimia pertanian, dan polimer. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat, direncanakan pembangunan pabrik anilin dengan kapasitas produksi sebesar 50.000 ton per tahun di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ketersediaan bahan baku, infrastruktur pendukung, serta kedekatan dengan pelabuhan dan industri petrokimia lainnya. Pabrik akan dibangun di atas lahan seluas 54.000 m² dengan fasilitas yang mencakup unit produksi, unit utilitas, penyimpanan bahan baku dan produk, serta fasilitas pendukung lainnya.
Proses produksi anilin dalam pabrik ini menggunakan bahan baku utama fenol dan amonia dengan rasio mol 1:20. Kedua bahan baku tersebut awalnya berada dalam fase cair dan akan melalui tahap pretreatment untuk dikonversi menjadi fase gas sebelum direaksikan dalam reaktor fixed bed multitube yang beroperasi secara adiabatis. Reaksi amonolisis fenol dengan katalis zeolit Y menghasilkan produk utama berupa anilin, dengan hasil samping berupa diphenylamine (DPA), air, serta amonia berlebih. Untuk meningkatkan efisiensi proses dan mengoptimalkan penggunaan bahan baku, amonia berlebih akan dikembalikan ke tahap pretreatment sebagai umpan balik.
Total kebutuhan bahan baku untuk mendukung kapasitas produksi ini adalah 49.381 ton per tahun untuk amonia dan 51.915 ton per tahun untuk fenol. Selain bahan baku utama, pabrik ini juga memiliki kebutuhan air yang cukup besar, terutama untuk menghasilkan uap dan menunjang operasional lainnya. Kebutuhan air untuk produksi uap mencapai 96.091,71 kg/jam, sementara untuk keperluan pendinginan, sanitasi, dan utilitas lainnya mencapai 23.970.360,15 kg/jam. Sumber air akan diperoleh dari fasilitas pengolahan air yang dirancang sesuai dengan standar industri untuk memastikan efisiensi pemakaian serta meminimalkan dampak lingkungan.
Pabrik ini akan dikelola dalam bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) dengan struktur organisasi yang terdiri dari berbagai divisi, termasuk produksi, teknik, pemasaran, keuangan, serta keselamatan dan lingkungan. Untuk menjalankan operasionalnya, pabrik akan mempekerjakan sekitar 138 tenaga kerja dengan berbagai keahlian, mulai dari operator produksi, teknisi, hingga tenaga administratif dan manajerial.
Dari segi kelayakan ekonomi, analisis menunjukkan bahwa proyek ini memiliki prospek yang menjanjikan. Nilai Break Even Point (BEP) tercatat sebesar 44%, yang menunjukkan bahwa pabrik dapat mencapai titik impas ketika produksi mencapai 44% dari kapasitas maksimumnya. Nilai Shut Down Point (SDP) sebesar 27,9% menandakan bahwa produksi masih dapat beroperasi pada tingkat tersebut sebelum mengalami kerugian yang signifikan. Pay Out Time (POT) sebelum pajak tercatat selama 1,88 tahun dan setelah pajak selama 2,35 tahun, yang berarti investasi dapat kembali dalam waktu relatif singkat.
Return on Investment (ROI) sebelum pajak sebesar 43% dan setelah pajak 32% menunjukkan bahwa proyek ini memiliki tingkat pengembalian yang menarik. Sementara itu, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 20% memperkuat indikasi bahwa investasi ini memiliki daya tarik tinggi bagi investor. Berdasarkan hasil analisis teknis dan ekonomi, pabrik anilin ini dinilai layak untuk direalisasikan. Dengan desain proses yang efisien, pemanfaatan bahan baku yang optimal, serta manajemen operasional yang baik, pabrik ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi industri kimia di Indonesia serta meningkatkan daya saing produk dalam negeri di pasar global.