Luka gangren merupakan kejadian awal dari kematian jaringan akibat penyumbatan pembuluh darah dan salah satu bentuk komplikasi dari diabetes melitus. Pengobatan yang dapat diberikan yaitu antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Namun penggunaan antibiotik seringkali terjadi kasus resistensi sehingga diperlukan pengembangan pemilihan pengobatan baru menggunakan bahan alam yang ada di hutan Kalimantan seperti Bawang Tiwai (Eleutherine sp.), Bajakah (Spatholobus littoralis Hassk.) dan Kadamba (Mitragyna speciosa Korth.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolit sekunder, aktivitas antibakteri serta potensi dari ketiga ekstrak tersebut terhadap bakteri yang ada pada luka gangren pasien diabetes melitus. Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi sumuran dan hasil data dianalisis menggunakan metode One Away Anova. Hasil dari penelitian diketahui bahwa ketiga ekstrak memiliki kandungan metabolit sekunder yang berbeda-beda. Rata-rata zona hambat pada Bawang Tiwai sebesar 12,9 mm pada konsentrasi 5%, 12,8 mm pada konsentrasi 10% dan 13,6 mm pada konsentrasi 20%. Pada Bajakah memiliki rata-rata zona hambat sebesar 8,2 mm pada konsentrasi 5%, 9,4 mm pada konsentrasi 10% dan 9,6 mm pada konsentrasi 20%. Sedangkan rata-rata zona hambat pada Kadamba sebesar 5,9 mm pada konsentrasi 5%, 5,8 mm pada konsentrasi 10% dan 7,2 mm pada konsentrasi 20%. Hasil uji One Away Anova diperoleh perbandingan dari ekstrak etanol Bawang Tiwai pada kelompok perlakuan 5%, 10% dan 20% dengan kontrol positif dan negatif memiliki p value 0,000 (p