TUTURAN MANTRA TRADISI TUJUH BULANAN SUKU BANJAR DI DESA ANGGANA: KAJIAN SEMIOTIKA
Ghina Al Hamra, 2024. Tuturan Mantra Tradisi Tujuh Bulanan Suku Banjar di Desa Anggana: Kajian Semiotika. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman Samarinda. Dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Widyatmike GM, M.Hum, sebagai pembimbing I dan Meita Setyawati, S.Sn., M.A, sebagai pembimbing II. Kata kunci: Tradisi Tujuh Bulanan, Suku Banjar, Tuturan Mantra, Semiotika Tradisi Tujuh Bulanan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Suku Banjar ketika usia kandungan ibu hamil mencapai tujuh bulan. Dalam tradisi Tujuh Bulanan Suku Banjar di Desa Anggana terdapat tuturan mantra yang di dalamnya mengandung makna semiotika pada tiap tuturan dan tindakan seorang Panambaan. Semiotika adalah studi ilmu yang mempelajari mengenai tanda dan bagaimana cara memaknai/memahami tanda terhadap kehidupan manusia. Charles S.Pierce membagi tanda menjadi tiga bagian yakni ikon, indeks dan simbol. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan tanda dari ikon, indeks dan simbol pada tuturan mantra tradisi Tujuh Bulanan Suku Banjar di Desa Anggana. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode teknik observasi, wawancara, metode catat, metode rekam, menerjemahkan dan kamera. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian penulis dibagi menjadi 12 data pada tuturan tradisi Tujuh Bulanan Suku Banjar di Desa Anggana, terdapat tuturan berupa ikon, tuturan yang berupa indeks dan tuturan kata yang berupa simbol. Tanda dari semiotika ikon pada tuturan mantra tradisi Tujuh Bulan Suku Banjar di Desa Anggana, Tapih kuning kulilitakan (Sarung kuning kulilitkan), Tanda indeks pada tuturan mantra tradisi Tujuh Bulan Suku Banjar di Desa Anggana, Niat nang suci tapih kuning kulilitakan (Niat yang suci sarung kuning kulilitkan) yakni Panambaan membungkus sarung kuning pada tunas kelapa dengan niat yang baik/suci mengakibatkan adanya perlindungan ibu hamil dan bayi yang dikandung dari segala sesuatu yang gaib. Tanda simbol pada tuturan kata dalam tradisi Tujuh Bulan Suku Banjar di Desa Anggana, Tapih kuning (Sarung kuning) menyimbolkan kesucian terhadap anak yang dilahirkan. Kesimpulan penelitian ini, tuturan ikon menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh Panambaan sesuai dengan apa yang dituturkannya, tuturan indeks menggambarkan segala tindakan yang dilakukan Panambaan yang memiliki hubungan kasual (sebab-akibat), dan tuturan kata simbol dapat ditemukan melalui adanya kesepakatan umum atau masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat dikenal dan dikembangkan sebagai salah satu cara untuk mempertahankan budaya atau tradisi yang masih dilakukan saat ini, seperti Tradisi Tujuh Bulanan Suku Banjar di Desa Anggana.
Ketersediaan
Detail Information
Judul | TUTURAN MANTRA TRADISI TUJUH BULANAN SUKU BANJAR DI DESA ANGGANA: KAJIAN SEMIOTIKA |
---|---|
Pengarang | Ghina Al Hamra - Personal Name |
No. Panggil | SKRIPSI GHI t 2024 |
Subyek | semiotika Suku Banjar tuturan mantra Tradisi Tujuh Bulanan |
Bahasa | Indonesia |
Tempat Terbit | Universitas Mulawarman |
Tahun Terbit | 2024 |
Penerbit | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan |
Jurusan | Pendidikan Bahasa dan Seni |
Lampiran Berkas | LOADING LIST... |
DIGITAL LIBRARY