Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab kematian utama di seluruh dunia. Salah satu strategi utama dalam penanggulangan Tuberkulosis adalah penemuan kasus tuberkulosis. Tinggi rendahnya penemuan kasus TBC dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sistem surveilan yang belum kuat, kemampuan mendiagnosa penyakit TBC yang kurang disertai kurangnya akses ke pelayanan kesehatan. Rendahnya penemuan kasus TBC di Kota Samarinda dapat diartikan dengan kurangnya kinerja para tenaga kesehatan di puskesmas dalam penemuan kasus TBC. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pelatihan, beban kerja, motivasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kesehatan dalam penemuan kasus tuberkulosis di puskesmas di Kota Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross- sectional. Teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling dengan total responden berjumlah 77 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data dianalisis menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kinerja kurang adalah 11,7% dan responden dengan kinerja baik adalah 88,3%. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pelatihan dengan kinerja tenaga kesehatan (p=0,192), ada hubungan beban kerja (p=0,043), motivasi (p=0,000), dan kepuasan kerja (0,000) dengan kinerja tenaga kesehatan. Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan nilai R 2 sebesar 0,700. Penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja, motivasi dan kepuasan kerja tenaga kesehatan di Puskesmas di Kota Samarinda berhubungan dengan penemuan kasus tuberkulosis sedangkan pelatihan tidak berhubungan dengan kinerja tenaga kesehatan dalam penemuan kasus tuberkulosis. Variabel yang paling memperngaruhi kinerja tenaga kesehatan adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang dimiliki oleh tenaga kesehatan berfungsi untuk meningkatkan semangat kerja, menurunkan tingkat absensi, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan loyalitas tenaga kesehatan.