Amalia Artanti, 2024. Studi Fenomenologi Atas Dilema Etis Konsultan Pajak Mengenai Tax Planning Wajib Pajak Badan Di Kota Samarinda. Dibawah bimbingan Bapak Muhammad Ikbal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkapkan
makna dari situasi dilema etis konsultan pajak saat menjalankan profesinya. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi trasedental Husserl. Hasil penelitian menyatakan makna dilema etis dapat terjadi ketika: Pertama, konsultan pajak mengetahui adanya ketidakakuratan atau manipulasi dalam laporan keuangan tersebut. Kedua, konsultan mungkin menghadapi tekanan dari klien untuk mengadopsi posisi pajak yang agresif atau berisiko tinggi. Ketiga, Jika konsultan menemukan ketidakpatuhan atau kesalahan serius dalam pelaporan pajak klien, mereka menghadapi dilema antara melaporkan masalah tersebut atau menjaga loyalitas dan kepercayaan klien. Keempat, tindakan yang diambil dalam satu kasus dapat mempengaruhi reputasi konsultan dan profesi secara keseluruhan, menciptakan dilema antara keuntungan jangka pendek dan integritas jangka panjang. Hakikatnya konsultan pajak hadir sebagai mediator untuk dapat membantu mencapai keinginan antara wajib pajak badan dan fiskus. Namun, pada situasi ini perlu adanya kesadaran nyata berupa "open minded" bagi konsultan agar tidak berpihak kepada siapapun. Strategi yang akan diambil informan dalam situasi tersebut hanya ada tiga antara lain mengedukasi secara berkelanjutan, melepaskan, dan menerima. Ketika konsultan lepas maka, khawatirnya akan mencelakai klien itu sendiri. Begitupun apabila konsultan menerima tawaran terhadap penyimpangan, bisa saja sewaktu-waktu diketahui oleh pihak DJP yang menyebabkan izin-izin jasanya dicabut begitu saja oleh pemerintah. Oleh karena itu, konsultan berupaya memanfaatkan loopholes untuk perundang-undangan yang lain agar bisa mendekati keinginan klien dan tidak pula merugikan pemerintah.