Peran kearifan lokal tidak hanya terbatas pada tradisi dan budaya, tetapi juga sebagai pendekatan efektif dalam menangani gangguan di masyarakat. Di Desa Muara Bengalon, ahli fungsi lahan yang menyebabkan konflik ruang hidup menjadi perkebunan sawit telah memberikan dampak yang signifikan pada habitat alami buaya muara. Proses pembukaan hutan dan konversi lahan yang luas untuk keperluan komersial ini telah mengakibatkan hilangnya habitat alami buaya muara yang sebelumnya berupa hutan dan lahan basah. Dengan berkurangnya area hutan dan perairan alami, buaya muara terpaksa mencari tempat baru yang lebih dekat dengan pemukiman manusia, yang sering kali menyebabkan konflik antara manusia dan buaya muara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sampling pada masyarakat di Desa Muara Bengalon. Hasil penelitian menunjukan adanya gangguan yang disebabkan oleh buaya muara yaitu membuat kecemasan terhadap masyarakat sekitar, dan juga terdapat beberapa serangan buaya muara seperti serangan buaya terhadap warga yang sedang memperbaiki kapal ponton, anak kecil yang sedang mencari kerang, anak berusia 8 tahun, warga yang sedang mandi, warga yang sedang membersihkan kapal dan serangan terhadap ternak warga. Serta kearifan lokal masyarakat yaitu memberi makan buaya dan Erau atau pelas kampung. Kearifan lokal ini dipraktikan dari generasi ke generasi sebagai salah satu cara untuk mengatasi gangguan buaya muara. Masyarakat setempat menerapkan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya secara turun-temurun untuk mengatasi hal ini, menunjukkan bahwa pengetahuan tradisional dapat menjaga keseimbangan antara hubungan manusia dan buaya muara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk gangguan buaya muara dan peran dan bentuk kearifan lokal dalam mengatasi gangguan tersebut, dengan fokus pada Desa Muara Bengalon.