Fenomena perceraian di Indonesia semakin meningkat, yang menunjukkan pentingnya pemahaman mendalam tentang hubungan serta pola komunikasi antara suami dan istri dalam rumah tangga. Pernikahan dianggap sebagai perjanjian suci untuk hidup bersama dengan tujuan membangun keluarga sakinah dan damai, penuh kasih sayang, dan harmonis. Namun, konflik yang tidak terselesaikan dapat berujung pada perceraian. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia, melalui Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 172 Tahun 2022, mewajibkan calon pengantin mengikuti bimbingan perkawinan guna memahami makna pernikahan yang akan dijalani. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Field Research dan berfokus pada model komunikasi SMCRE (Source, Message, Channel, Receive, dan Effect). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghulu menggunakan komunikasi dialogis dalam menyampaikan pesan edukatif kepqada calon pengantin dan tatap muka dipilih sebagai media utama dikarenakan dinilai lebih efektif untuk pembelajaran interpersonal dan pengembangan hubungan yang lebih mendalam. Bimbingan perkawinan memiliki berbagai manfaat, antara lain mengurangi risiko perceraian, meningkatkan kebahagiaan pernikahan, dan memperkuat komitmen rumah tangga. Penelitian ini menyarankan agar Kantor Urusan Agama Kecamatan Tenggarong lebih aktif dalam mengadakan bimbingan perkawinan, baik bagi calon pengantin mauppun mereka yang telah menikah, serta memperluas program ini ke kalangan pelajar di tingkat Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat.