Perasan daun miana secara empiris oleh suku toraja, Sulawesi Selatan dijadikan dalam berbagai pengobatan tradisional seperti batuk berdahak (mukolitik) dan batuk kering (antitusif). Antitusif adalah salah satu jenis obat dengan mekanisme kerja menekan refleks batuk. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar flavonoid total dan aktivitas antitusif perasan daun miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) dari wilayah dataran tinggi dan dataran rendah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menguji metabolit sekunder perasan daun miana dari dataran tinggi dan dataran rendah mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan fenol. Uji kadar flavonoid total berpotensi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas menggunakan metode Chang menggunakan spektrofotometer UV-VIS tertinggi pada perasan daun miana (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) untuk wilayah dataran tinggi sebesar 99,89 ± 0,13 dan wilayah dataran rendah sebesar 76,86 ± 2,23. Uji antitusif dilakukan dengan induksi asam sitrat konsentrasi 20% kemudian diamati frekuensi batuk yang terjadi selama 5 menit sebelum dan sesudah induksi batuk. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi 20% dapat meningkatkan frekunesi batuk pada hewan coba mencit dengan persentase supresi batuk sebesar 40,33±6,88 yang dibandingkan dengan kontrol positif yaitu kodein.