Perubahan fisik pada remaja, seringkali menyebabkan kecemasan dan rasa gelisah yang menyebabkan gangguan pada persepsi citra tubuh mereka. Gangguan pada persepsi citra tubuh dapat mempengaruhi masalah kesehatan gizi. Hal ini disebabkan pola makan yang salah untuk menjaga bentuk tubuh sesuai dengan persepsi citra tubuh yang diharapkan (Merita et al., 2020). Selain persepsi citra tubuh, stres merupakan faktor lainnya yang memiliki kontribusi pada kejadian gangguan makan. Efek dari stres menyebabkan remaja cenderung mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan gula. Stres dapat menyebabkan peningkatan keinginan konsumsi makanan yang tidak sehat, dikarenakan kebiasaan makan normal berubah ketika dalam kondisi stres sebagai mekanisme pertahanan terhadap tertekan akibat stres. (Mohamed et al., 2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi citra tubuh dan tingkat stres dengan risiko gangguan makan pada remaja SMAN 1 Tarakan. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 92 orang dengan teknik sampling non probability samping dan cara pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan angket Eating Attitudes Test 26 (EAT-26) untuk variabel risiko gangguan makan, angket Multidimensional Body Self Realtion Questionnaire Appearance Scale (MBSRQ-AS) untuk variabel persepsi citra tubuh dan angket Depression Anxiety and Stress Scale 14 (DASS-14) untuk variable tingkat stres. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menujukkan tidak terdapat hubungan antara persepsi citra tubuh dan risiko gangguan makan (sig=0,894>0,05) dan tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan risiko gangguan makan (sig=0,122>0,05) pada remaja SMAN 1 Tarakan tahun 2024.