Gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja sangat umum terjadi namun kurang ditangani. Estimasi jumlah orang dengan depresi dan gangguan jiwa berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Sangatta Utara adalah 12.184 orang, namun perkiraan akses pengobatan gangguan kesehatan mental masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control (PBC) terhadap niat mencari bantuan kesehatan mental remaja pada siswa SMA Kecamatan Sangatta Utara. Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan crosssectional. Sampel berjumlah 551 responden yang dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dengan menyebarkan tautan google form melalui guru/ wali kelas dan dianalisis dengan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 43,9% siswa dengan sikap netral memiliki intensi yang tinggi, 57,2% siswa dengan norma subjektif tinggi memiliki intensi tinggi, dan 43,9% siswa dengan PBC netral memiliki intensi yang tinggi. Orang tua menjadi sumber bantuan kesehatan dari mayoritas siswa dan sumber yang diakses paling rendah adalah layanan konsultasi online dan pacar. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan adanya pengaruh Sikap (p-value : 0,015), Norma Subjektif (p-value : 0,005), PBC (p-value: 0,001), dengan nilai koefisien korelasi sebesar 7,4%. Artinya variabel sikap, subjective norm dan PBC dapat menjelaskan variasi intensi pencarian bantuan kesehatan mental pada siswa SMA Kec. Sangatta Utara sebesar 7,4%. Variabel yang paling berpengaruh terhadap intensi pencarian bantuan kesehatan mental adalah PBC. Peningkatan literasi kesehatan mental bagi orang tua dan guru, dukungan komunitas, pengurangan stigma serta partisipasi orang tua perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai sikap, norma subjektif dan PBC pada siswa SMA Kecamatan Sangatta Utara