Film adalah media komunikasi massa yang menggabungkan audio, gambar, dan narasi untuk menyampaikan cerita, informasi, serta berfungsi sebagai sarana hiburan dan edukasi bagi penonton. Salah satu film yang dapat dijadikan hiburan sekaligus edukasi sejarah adalah A Taxi Driver, yang bergenre drama, sejarah, dan politik. Film ini berdasarkan kisah nyata dari kehidupan seorang supir taksi yang mengantar wartawan asing asal Jerman untuk meliput peristiwa pemberotakan Gwangju pada tahun 1980. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui representasi profesionalitas wartawan dalam film A Taxi Driver sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Internasional Federation of Journalist (IFJ) dengan metode penelitian kualitatif deskriptif, menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes. Hasil penelitian ini menemukan beberapa adegan dalam film A Taxi Driver yang menggambarkan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik International Federation of Journalists (IFJ) melalui berbagai tindakan Peter yang berperan sebagai wartawan diantaranya Pasal 1 "Menghargai Kebenaran" tercermin saat Peter mengunjungi Gwangju untuk memvalidasi informasi dari Reporter Lee. Pasal 2 "Kebebasan Pers" terlihat ketika Peter berusaha merekam peristiwa di lokasi penembakan. Pasal 3 "Cara Adil Memperoleh Informasi" ditunjukkan oleh keberaniannya merekam di tengah kerusuhan. Pasal 8 "Transparansi" tercermin dalam janji Peter untuk mempublikasikan berita kekacauan di Gwangju setibanya di Jepang. Pasal 12 "Solidaritas" terlihat dari usahanya menyelamatkan nyawa Kim, mengganti kerusakan taksi, dan keinginannya bertemu kembali dengan Kim. Pasal 15 "Kemanusiaan" ditunjukkan melalui tindakan Peter merekam jenazah Gu Jaesik dan korban kekerasan tentara serta membantu evakuasi korban penembak.