Dionisius Milang Hajang. Pemanfaatan Tumbuhan Liar Dari Hutan Sekunder Bekas Ladang Suku Bahau Busang Di Ujoh Bilang (Dibimbing oleh Paulus Matius dan Rita Diana).
Penggunaan tumbuhan liar sebagai bahan baku untuk penunjang kehidupan telah dilakukan sejak dahulu hingga sekarang. Pengelolaan tumbuhan liar perlu diperhatikan dengan dasar kebutuhan hidup yaitu pengobatan diri sendiri (self care) dan pola hidup masyarakat saat ini. Penelitian tentang etnobotani dan pemanfaatan tumbuhan liar oleh masyarakat lokal mulai banyak dilakukan. Namun, penelitian tentang kajian etnobotani tumbuhan liar dan dengan cara pemanfaatannya oleh suku Bahau Busang belum pernah dilakukan. Hal ini merupakan potensi yang perlu digali agar pengelolaan tumbuhan liar tidak punah dan dapat diolah untuk menunjang kehidupan. Pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara secara langsung dengan masyarakat melalui pertimbangan khusus, kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini telah ditemukan sebanyak 52 jenis tumbuhan liar bekas perladangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan digunakan sebagai bahan bangunan, bahan pangan, bahan obat serta bahan untuk upacara adat dan kepercayaan. Diketahui masyarakat Bahau Busang memanfaatkan tumbuhan liar sebagai bahan obat yang terdiri 12 jenis dedaunan, 5 jenis buah-buahan dan 4 jenis akar. Selain itu, masyarakat Bahau Busang memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan pangan, adapun bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai pangan terdiri dari 9 jenis buah, 2 jenis umbut, 1 jenis daun serta 1 jenis jantung. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan adalah kayu sebanyak 14 jenis serta bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan dalam ritual adat kayu 7 jenis, daun 3 jenis, rotan 2 jenis, akar 1 jenis dan kulit kayu 1 jenis.