Air asam tambang adalah air yang terbentuk akibat penambangan terbuka maupun tertutup yang memiliki pH kurang dari 4 dengan kelarutan logam di dalamnya. Air asam tambang merupakan salah satu masalah lingkungan yang dapat terjadi pada kegiatan penambangan batubara dan dapat mencemari perairan permukaan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu alternatif pengolahan air asam tambang dapat menggunakan metode subsurface flow constructed wetland. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe tanaman dan pengaruh pengolahan air asam tambang dengan metode subsurface flow constructed wetland terhadap parameter pH, Sulfat (SO4 2- ), Besi (Fe), dan Mangan (Mn).
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode subsurface flow constructed wetland dalam skala laboratorium dengan 3 buah reaktor berukuran 60 x 40 x 40 cm dengan media yang digunakan berupa pasir dengan ketebalan media sebesar 5 cm dan kerikil dengan ketebalan media sebesar 10 cm. Reaktor 1 berisi tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes), reaktor 2 berisi tanaman ekor kucing (Typha latifolia), dan reaktor 3 tanpa tanaman sebagai reaktor kontrol. Waktu detensi selama 25 hari dan dilakukan pengamatan pada hari ke-0, 5, 10, 15, 20, dan 25.
Berdasarkan hasil pengujian akumulasi Fe, Mn, dan SO4 2- pada tanaman, tipe tanaman memengaruhi kemampuan tanaman dalam mengakumulasi zat pencemar. Tipe tanaman emergent memiliki penyerapan yang lebih baik daripada tipe floating. Metode subsurface flow constructed wetland dapat memengaruhi zat pencemar pada air asam tambang. Metode ini memanfaatkan proses alamiah yang melibatkan tumbuhan, media tanam, dan mikroorganisme yang saling berinteraksi sehingga mampu menetralkan pH, menurunkan kadar Sulfat (SO4 2- ), Besi (Fe), dan Mangan (Mn) pada air asam tambang. Pada kondisi optimum, reaktor ekor kucing lebih unggul daripada reaktor eceng gondok.