Pembuangan air limbah ke lingkungan perairan dapat mengakibatkan timbulnya masalah pencemaran lingkungan, salah satunya limbah tekstil yang mengandung COD, TSS, zat warna dan pH. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah limbah cair tekstil ini adalah mengolah limbah cair tekstil dengan proses adsorpsi. Kecepatan pengadukan dalam adsorpsi dapat berpengaruh terhadap interaksi tumbukan antara adsorben dan adsorbat. Tempurung kelapa merupakan salah satu limbah yang sangat potensial digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif, karena tempurung kelapa memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas karbon aktif dari tempurung kelapa dengan massa 50 gram dan 100 gram serta mengetahui karakteristik karbon aktif dan mengetahui perbandingan kondisi permukaan karbon aktif yang optimal berdasarkan hasil uji SEM.
Proses pembuatan karbon tempurung kelapa dilakukan dengan metode karbonisasi pada suhu 900°C selama 1 jam kemudian dilakukan aktivasi kimia menggunakan aktivator KOH 1 M. Karbon tempurung kelapa diuji sebagai indikator syarat mutu karbon aktif yang akan digunakan sebagai bahan adsorben meliputi nilai kadar air, kadar abu, kadar karbon terikat, kadar zat mudah menguap, dan daya serap iodin. Proses adsorpsi dilakukan menggunakan jar test dengan kecepatan pengadukan 50 rpm selama 180 menit dengan variasi massa adsorban yaitu 50 gram dan 100 gram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan COD yang optimal adalah pada aktivasi kimia 50 gram dengan efisiensi 99,15%, penyisihan TSS pada aktivasi kimia 100 gram memiliki efisiensi 70,48% serta penyisihan zat warna adalah pada aktivasi fisik 100 gram dengan efisiensi 99,89% dan pH optimum pada aktivasi kimia 100 gram yaitu 8,11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktivasi fisik dan aktivasi kimia telah memenuhi standar pada parameter nilai kadar air, kadar abu, kadar karbon terikat, kadar zat mudah menguap, dan daya serap iodin. Hasil uji SEM yang telah dilakukan, karbon aktivasi kimia menunjukkan mikrostruktur pori yang lebih baik dibandingkan dengan karbon aktivasi fisik.