ASI merupakan nutrisi terbaik bagi bayi. Namun, saat ini pemberian ASI pada bayi berusia kurang dari 6 bulan masih di bawah 50%. Oleh karena itu, perlu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dalam perilaku menyusui, salah satunya adalah Breastfeeding Self Efficacy (BSE) yang berhubungan erat dengan praktik pemberian ASI. Penelitian cross sectional study pada 56 ibu nifas di RSUD IA Moeis Samarinda dilakukan pada tahun 2024. Instrumen kuesioner digunakan untuk mendapatkan data sosiodemografi (pekerjaan, pendidikan terakhir, paritas, usia dan jenis persalinan) serta data pengalaman menyusui, pengamatan orang lain, persuasi verbal dan keadaan fisik emosi. Breastfeeding Self Efficacy dinilai dengan menggunakan Breastfeeding Self Efficacy Short Form yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan divalidasi menjadi 12 pernyataan. Analisis statistik menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang berhubungan dengan Breastfeeding Self Efficacy (BSE) adalah pengalaman menyusui dengan nilai pvalue sebesar 0,023 dan pengamatan terhadap orang lain dengan nilai p-value sebesar 0,002. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan Breastfeeding Self Efficacy adalah pengamatan terhadap orang lain dengan Odds Ratio = 61,107 (95% CI OR = 5,478-711,504) artinya ibu yang memiliki pengamatan baik terhadap keberhasilan menyusui orang lain berpeluang 61,1 kali memiliki skor BSE yang tinggi dibandingkan ibu dengan pengamatan kurang. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor pengalaman menyusui dan pengamatan terhadap orang lain berhubungan signifikan dengan Breastfeeding Self Efficacy dengan variabel dominan adalah pengamatan terhadap orang lain. Diperlukan dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan maupun pemerintah untuk penguatan kepercayaan diri ibu dalam menyusui sebagai upaya peningkatan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.