Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan. Program pascatambang diharapkan mengembalikan fungsi ekosistem dan berjalannya fungsi sosial dalam rangka pengembalian wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) kepada pemerintah. Salah satu program pascatambang PT. Kitadin Tandung Mayang adalah pengembangbiakan sapi untuk masyarakat sekitar tambang yaitu Desa Martadinata, Suka Rahmat, Suka Damai dan Danau Redan. Rencana dimulai tahun 2016 dan 2017 berupa rencana penyerahan indukan sapi sebanyak 34 ekor untuk 34 kepala keluarga, 34 unit kandang dan kegiatan penyuluhan peternakan 1 kali setiap tahun dari tahun 2017- 2019. Perusahaan meyakini program ini dapat dijadikan usaha keberlanjutan ekonomi masyarakat sekitar tambang setelah berakhirnya kegiatan penambangan dimana pascatambang berakhir di tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, observasi lapangan ke 4 Desa dan wawancara responden terdiri dari peternak, petugas penyuluh lapangan (PPL) dan perwakilan perusahaan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pelaksanaan program pascatambang pengembangbiakan sapi PT Kitadin Tandung Mayang mengacu kriteria keberhasilan dalam dokumen rencana pascatambang, menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dirasakan peternak dan menganalisis partisipasi peternak yang terlibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pascatambang pengembangbiakan sapi PT Kitadin Tandung Mayang berhasil 100 % apabila mengacu kriteria keberhasilan dalam dokumen rencana pascatambang. Populasi sapi meningkat apabila dibandingkan populasi awal, kesehatan sapi relatif baik dan jenis pakan berupa rerumputan, batang pisang dan lainnya. Tingkat kesuburan tanah di rencana lokasi tempat penanaman pakan ternak tergolong sangat rendah sampai dengan sedang. Pola pemeliharaan sapi mayoritas dengan cara diikat di pohon dan jarang menggunakan kandang yang ada (ekstensif). Dampak sosial cukup baik dimana hubungan sesama peternak yang berjalan baik. Dampak ekonomi meningkat terutama dari hasil penjualan sapi dan dampak terhadap lingkungan diminimalkan dengan pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk kandang. Partisipasi peternak dapat dilihat dari proaktif yang cukup tinggi, sedangkan komunikasi sesama peternak, dengan PPL dan pihak perusahaan juga berjalan baik. Minat dalam penerapan inseminasi buatan dan kesadaran pentingnya kesehatan ternak cukup tinggi dimana peternak menghubungi PPL saat mengalami kendala termasuk pemberian vaksin dan vitamin ternak.