Penelitian ini menjelaskan dan menganalisis penegakan hukum pidana terhadap penjual yang mempromosikan satwa dilindungi dengan menggunakan aplikasi Facebook dan melihat apasaja hambatan-hambatan dalam penegakan hukum terhadap penjualan satwa dilindungi yang mengakibatkan masih banyak penjual yang memperdagangkan dan mempromosikan satwa-satwa dilindungi melalui social media yakni aplikasi Facebook. Jenis penelitian dalam penulisan ini yaitu pendekatan social-legal research yaitu penelitian berupa studi empiris untuk menekan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Hasil Penelitian menjelaskan bahwa dari penegakan hukumnya terhadap pelaku perdagangan satwa dilindungi masih lemah dan kurang memberikan efek jera terhadap pelaku. Kemudian untuk hambatan-hambatan penegakan hukumnya terkait Sumber Daya Manusia atau personil polhut yang kurang dibagian unit intelejen cyber crime dan masih kurangnya kompetensi dari unit intelejen cyber crime pada Balai GAKKUM LHK dan BKSDA KALTIM menyebabkan modus terbaru perdagangan satwa dilindungi yang melalui aplikasi facebook atau dunia maya ini, penjual menjadi bebas dan terangterangan memperdagangkan satwa-satwa dilindungi tersebut tanpa adanya rasa takut akan jeratan hukuman penjara yang sudah diatur dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.