Dengan adanya lonjakan kebutuhan energi di setiap tahunnya, disisi lain pemerintah juga harus menurunkan emisi gas buang untuk mengurangi efek rumah kaca. Salah satu cara dalam mengurangi emisi gas buang adalah dengan cara efisiensi energi. Dikarenakan PLTU menggunakan pembakaran batu bara untuk menaskan air menjadi uap kering, maka konsumsi bahan bakar, heat rate dan efisiensi termal akan terpengaruh oleh perubahan beban PLTU. Sebelum peneliti melakukan perhitungan untuk mencari nilai SFC, plant heat rate dan efisiensi termal, peneliti harus melakukan pemilihan data dari database. Pemilihan data ini mengacu pada beban pembangkitan paling rendah dan data selanjutnya beban naik 10 MW dari data sebelumnya, hingga didapat beban maksimum dari kelipatan 10 MW. Didapatkan nilai beban sebesar 40 MW, 50 MW, 60 MW, 70 MW, 80 MW dan 90 MW dari pemilihan data. Seiring dengan naiknya nilai pembebanan listrik, maka nilai SFC Nett cenderung semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembebanan listrik yang tinggi, jumlah konsumsi batu bara per kWh lebih sedikit dibandingkan pada kondisi pembebanan listrik yang rendah. Seiring dengan naiknya nilai pembebanan listrik maka nilai NPHR akan menjadi semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada beban yang tinggi, keandalan dari suatu unit pembangkit juga akan semakin tinggi. Sebaliknya pada beban yang rendah, keandalan dari suatu unit pembangkit juga akan semakin menurun. Seiring dengan naiknya nilai pembebanan listrik, maka nilai dari efisiensi termal PLTU Indoeka Unit 1 juga semakin tinggi dan dapat dikatakan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi beban yang tinggi, persentase antara energi yang dihasilkan dengan energi yang dikonsumsi semakin tinggi juga.