Kekerasan dalam berpacaran yang didapatkan oleh wanita dapat berdampak signifikan pada persepsi diri dan kesejahteraan mental korban, sehingga diperlukan adanya belas kasih diri sebagai bentuk aspek psikologis dalam pemahaman dan pemulihan korban. Belas kasih diri merupakan bentuk kemampuan seseorang dalam memahami diri akan penderitaan dari suatu kegagalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran belas kasih diri pada wanita yang pernah mengalami kekerasan dalam pacaran serta faktor-faktor yang memengaruhi tercapainya belas kasih diri. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data digunakan dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan purposive sampling yang menemukan empat orang dewasa awal yang terindifikasi pernah mengalami kekerasan dalam berpacaran. Teknik analisa data kualitatif yang digunakan ialah dengan teknik triangulasi data. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa keempat subjek mendapatkan kekerasan dalam pacaran dengan berbagai bentuk baik secara fisik, psikologis, seksual, maupun ekonomi. Kedua subjek yaitu subjek DJ dan SAP masih memiliki gambaran negatif belas kasih diri terlihat dari masih perlunya kemampuan untuk mengembangkan diri dan berbelas kasih diri. Hal tersebut terlihat dari oleh aspek belas kasih diri selfjudgement, isolation, dan over identification yang menunjukkan bahwa aspek belas kasih diri dari subjek DJ dan SAP tersebut belum terpenuhi. Sedangkan dua subjek lainnya yaitu subjek NW dan AA sudah mampu mengembangkan belas kasih diri. Hal tersebut dipengaruhi oleh aspek belas kasih diri seperti self-kindness, common humanity, dan mindfulness Adapun beberapa faktor yang memengaruhi belas kasih diri yaitu jenis kelamin, usia, kepribadian dan pola asuh orang tua.