NOVANDI EKA RAMADHANI. Perbedaan Umur Panen dan Metode Pengeringan Terhadap Kelarutan, Total Fenol dan Tanin Serbuk Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine americana Merr.). Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, 2024 (dibawah bimbingan Bernatal Saragih). Umur panen bawang tiwai di daerah Kalimantan Timur berkisar enam bulan ke atas, hal ini dipengaruhi oleh kondisi iklim yang tropika basah. Kelarutan serbuk bawang tiwai, total fenol dan tannin dipercayai akan dipengaruhi oleh perbedaan umur panen pada umbinya. Selain itu kualitas simplisia bawang tiwai juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu metode pengeringannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh berbagai umur panen dan metode pengeringan bawang tiwai serta mengetahui umur panen dan metode pengeringan bawang tiwai manakah yang memiliki hasil kelarutan serbuk bawang tiwai, total fenol dan tannin terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu umur panen (5, 7, 9) dan faktor kedua yaitu metode pengeringan (microwave, kering angina, alat pengering herbal) dengan tanpa pengeringan atau segar sebagai kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh berbagai umur panen bawang tiwai dan metode pengeringan simplisia berpengaruh nyata terhadap nilai uji kelarutan, total fenol dan tannin yang dihasilkan. Penelitian ini menunjukkan hasil uji kelarutan, total fenol dan tanin yang terbaik pada umur panen 7 bulan. Hasil nilai metode pengeringan yang terbaik berbeda-beda pada setiap parameter pengujian. Hasil uji kelarutan terbaik didapatkan pada metode pengeringan alat pengering herbal dengan nilai 11,06%, hasil uji total fenol terbaik didapatkan pada metode alat pengering herbal dengan nilai 194,62 mg GAE/g dan hasil uji total tannin terbaik didapatkan pada metode kering angin dengan nilai 2210,96 mg TAE/g.