Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses alih wahana yang mencakup penambahan, pengurangan, dan perubahan pada unsur intrinsik serta penggambaran isu relasi kuasa dan pelecehan seksual setelah alih wahana dari film ke novel Penyalin Cahaya. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kutipan kata dan kalimat dari dialog maupun narasi pada objek penelitian, yaitu film dan novel Penyalin Cahaya. Sumber data penelitian ini adalah film Penyalin Cahaya, yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja dan dirilis pada tahun 2022 dengan durasi 130 menit, serta novel Penyalin Cahaya karya Lucia Priandarini yang diterbitkan pada tahun 2022 dengan 208 halaman. Teknik analisis data yang digunakan bertujuan untuk menguraikan dan mendeskripsikan data-data serta menghasilkan jawaban dari rumusan masalah.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa proses alih wahana pada unsur-unsur intrinsik mempengaruhi perubahan makna dan sudut pandang isu relasi kuasa dan isu pelecehan seksual terhadap penggambaran cerita. Perubahan dalam proses alih wahana ini mempengaruhi sudut pandang penikmat (penonton dan pembaca) terhadap penggambaran isu-isu tersebut, karena adanya variasi dalam interpretasi. Khususnya, penggambaran isu pelecehan seksual menjadi berbeda dalam novel dibandingkan dengan film. Dalam novel, penggambaran tokoh utama sebagai korban dilakukan dengan cara yang dramatis, yang memperlihatkan pelemahan karakter para korban sebagai akibat dari relasi kuasa yang ada. Hal ini secara implisit menunjukkan realitas bahwa situasi semacam ini sering terjadi dan menjadi sumber kritik terhadap pemerintah maupun lingkungan sosial terkait penanganan isu pelecehan seksual yang belum terselesaikan dengan baik karena campur tangan relasi kuasa.