Latar belakang penelitian ini adalah mendeskripsikan strukturalisme dan kearifan lokal yang terdapat dan naskah drama “Tuhing” karya Awang Khalik dan sebagai upaya pelestarian kebudayaan asli Kalimantan Timur. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan struktur cerita dan kearifan lokal yang terdapat dalam naskah drama “Tuhing” karya Awang Khalik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penulis mengumpulkan data melalui simak dan catat dan wawancara. Penulis menganalisis data dengan mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Strukturalisme pada penelitian ini mengkaji unsur intrinsik yang terdiri dari tema, penokohan dan perwatakan, dialog, latar/setting, alur/plot, dan amanat Hasil penelitian dari naskah drama “Tuhing” karya Awang Khalik ini yaitu: Tema, yaitu pelanggaran terhadap adat istiadat yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Tokoh yang ada dalam cerita adalah Inai, Bulan, Pebelian, Roh Mek, dan Nenek. Penokohan dan perwatakan dalam naskah drama ini dilakukan secara analitik dan dramatik. Dialog dalam naskah mengungkapkan tema, tokoh, latar, alur, amanat, serta bahasa daerah yang diangkat. Latar tempat yang digunakan adalah kampung dan lantai. Latar waktu yang digunakan adalah zaman modern. Sementara latar suasana yang digunakan dalam cerita ini adalah kacau, tegang, dan sedih. Alur yang digunakan dalam naskah drama “Tuhing” karya Awang Khalik adalah alur lurus (progresif). Amanat yang dapat diambil dari naskah drama ini adalah patuh kepada kedua orang tua dan mencintai adat istiadat. Kearifan lokal yang ditemukan yakni kearifan lokal pengobatan tradisional, berupa masyarakat yang terbiasa menggunakan pengobatan tradisional. Kearifan lokal adat istiadat, berupa masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang terdiri dari melakukan ritual dan melaksanakan kebiasaan seperti pergi ke ladang, bermain sampe, memanik, dan menari. Kearifan lokal ritual, berupa ritual pembersihan dan perlindungan.