Musdalifa, 2024 Pra Prancangan pabrik Formaldehida dari Metanol dan Udara dengan Proses Formox Kapasitas 54.000 Ton/Tahun. Indonesia merupakan negara berkembang dimana produksi perindustriannya belum mampu ditopang seluruhnya oleh produksi dalam negeri. Hal ini tercermin dari ketergantungan indonesia terhadap bahan baku dan penolong serta barang konsumsi yang masih cukup besar yang dapat dilihat dari nilai impor Indonesia. Formaldehida merupakan salah satu bahan kimia yang masih ditopang kebutuhannya dengan cara mengimpor. Formaldehida banyak digunakan menjadi bahan baku produk jadi seperti produksi polimer, adhesif, dan trioksana. Formaldehida dapat diproduksi dengan memilih proses formox dengan menggunakan katalis iron-molydenum oxide yang memiliki beberapa kelebihan dibanding proses silver catalyst. Sintesa formaldehida dari metanol menggunakan reaktor fixed bed multitube dengan suhu operasi 300oC dan tekanan 1 atm dengan jaket pendingin. Pabrik ini akan berdiri di kecamatan Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas pabrik 54.000 ton/tahun pada tahun 2030. Total karyawan yang diperlukan
sebanyak 152 orang dengan luas tanah sekitar 27.810 m² serta waktu kerja 330 hari/tahun. Kebutuhan air yang digunakan adalah 48.414,8396 kg/jam dan totak kebutuhan listrik pabrik sebesar 1.237,9904 kW. Pabrik formaldehida membutuhkan modal tetap (Fixed Capital Investment) sebesar Rp. 445,723 miliar dan modal kerja (Working Capital Investment) sebesar Rp. 80,421 miliar. Pabrik ini memiliki keuntungan sebelum pajak sebesar Rp. 167,049 keuntungan miliar dan setelah pajak sebesar Rp. 125,286 miliar. Nilai analisis kelayakan pabrik ini yaitu BEP (Break Event Point) sebesar 44%, SDP (Shut Down Point) sebesar 23%, dan IRR (Interest Rate of Return) sebesar 27,5%. POT (Pay Out Time) sebelum pajak yaitu 2,143 tahun dan setelah pajak yaitu 2,667 tahun. Pra perancangan pabrik ini layak untuk dikaji ulang berdasarkan evaluasi ekonomi di atas.