Kritik sosial menjadi salah satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial agar segala hal-hal yang menyimpang baik dari segi sosial maupun nilai moral dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial. Film sebagai media penyampaian kritik yang mempunyai kemampuan besar untuk membuat penonton berpikir lebih kritis serta mempertanyakan fenomena yang terjadi disekitarnya.

Gaya bahasa sindiran untuk kritik sosial memang populer dalam dunia perfilman. Gaya bahasa sindiran atau satire sering digunakan oleh para pembuat film untuk menyampaikan kritik atau pesan sosial yang cukup tajam, namun dengan cara yang menghibur. Film Ngeri-Ngeri Sedap menjadi salah satu film Indonesia yang mengandung kritik sosial di dalamnya.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana gaya bahasa sindiran digunakan dalam film “Ngeri-Ngeri Sedap” sebagai sarana untuk menyampaikan kritik sosial terhadap aspek-aspek tertentu dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori identitas budaya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi. Data yang ada akan dianalisis menggunakan teknik semiotika Roland Barthes.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menemukan beberapa gaya bahasa sindiran diantaranya, 3 scene mengandung gaya bahasa ironi, 5 scene mengandung gaya bahasa sarkasme, dan 7 scene mengandung gaya bahasa sinisme. Kritik sosial yang diangkat dalam film ini mayoritas mengangkat masalah keluarga, seperti di dalam scene 11 yang menampilkan kritik sosial terhadap dinamika keluarga dan norma-norma yang tidak sejalan dengan ekspetasi tradisional.