Skripsi ini mengangkat judul “Representasi Bipolar Disorder dalam Film “Kukira Kau Rumah””. Dilatar belakangi dari sebuah film yang menceritakan tentang keseharian Niskala sebagai seorang penyintas bipolar disorder yang menjalani kehidupan layaknya orang normal.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana makna tanda semiotika dalam merepresentasikan bipolar disorder pada film Kukira Kau Rumah dan tujuan penelitian adalah mengungkapkan tanda yang memiliki makna dengan semiotika Roland Barthes dalam film Ku Kira Kau Rumah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan representasi Stuart Hall dan metode analisis semiotika Roland Barthes. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dengan tipe penelitian interpretatif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah film Kukira Kau Rumah yang berdurasi 1 jam 30 menit dan terdapat 4 sequence yang dianalisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menonton film Kukira Kau Rumah melalui situs resmi, menonton dengan berulang kali untuk menemukan dan memastikan tanda yang akan diungkapkan pada film Kukira Kau Rumah, mengumpulkan data-data yang ditemukan, dan mencari sumber informasi pendukung.
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa makna denotasi dalam film Kukira Kau Rumah adalah gambaran penyintas bipolar disorder yang menjalani kehidupan layaknya orang normal. Sementara makna konotasi adalah menggambarkan tentang kehidupan penyintas bipolar disorder dan episode-episode bipolar disorder, yakni episode mania, hipomania, depresi dan episode campuran. Mitos dalam film ini adalah bahwa penyintas bipolar disorder juga mampu untuk menjalani kehidupan sehari-harinya selayaknya orang normal. Film "Kukira Kau Rumah" mengambil realitas sosial seputar penyakit mental dan mengkomunikasikannya melalui medium film, memungkinkan penonton untuk merenungkan dan lebih memahami pengalaman individu dengan penyakit mental dan pentingnya mendukung mereka dalam masyarakat. Film ini adalah contoh bagaimana seni dan budaya, seperti film, dapat menjadi alat untuk menggabungkan realitas sosial dalam naratif yang menggugah pikiran dan emosi pemirsa, serta membantu menciptakan kesadaran tentang isu-isu kesehatan mental.