Pekarangan merupakan bagian dari agroforestri yang sangat penting di Indonesia terutama di perdesaan. Menurut sejarah pekarangan menjadi bagian warisan budaya bangsa Indonesia sebab praktik pengelolaan yang berkaitan erat dengan kultur bangsa yaitu bercocok tanam. Luas pekarangan di Indonesia mencapai 14.3 juta hektar atau 16.88% dari keseluruhan luas lahan pertanian rakyat. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui komponen pekarangan di setiap suku masyarakat di Kabupaten Berau; 2) Mengetahui bentuk pada pola pengelolaan yang dipengaruhi budaya masyarakat dari beberapa suku di Kabupaten Berau; 3) Mengetahui tingkat keberlanjutan pekarangan yang dipengaruhi oleh nilai keberlanjutan agronomi, ekonomi, dan sosial budaya di Kabupaten Berau. Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Mei 2023, berlokasi di Kelurahan Gunung Tabur, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Pengambilan sampel untuk data primer dilakukan secara purposive sampling dengan memilih 40 responden. Metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi secara langsung kepada responden, sedangkan data sekunder didapatkan dari kantor kelurahan dan dinas terkait di Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat perbedaan komponen penyusun pekarangan, dimana jumlah komponen terbesar terdapat pada pekarangan Suku Toraja (59 komponen) dan selanjutnya diikuti Suku Jawa (56 komponen), Suku Bugis (51 komponen) dan Suku Berau (40 komponen). 2) Pola pekarangan yang dominan adalah pola agrosilvopastura. Pola ini juga banyak ditemukan pada Suku Toraja (50%). 3) Secara umum tingkat keberlanjutan pekarangan berdasarkan nilai indeks keberlanjutan tertinggi adalah pekarangan Suku Toraja (9) dan selanjutnya masing masing Suku Jawa (8), Suku Bugis (7) dan Suku Berau (6). Adapun nilai indeks keberlanjutan rata-rata pekarangan adalah 7.5 yang termasuk dalam tingkat keberlanjutan sedang.