Latar belakang: International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021 menyatakan 537 juta orang dari usia 20-79 menderita diabetes, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan 783 juta pada 2045. Penderita diabetes melitus tipe 2 dapat mengalami gejala-gejala tertentu yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Akibatnya, gangguan tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur yang berdampak terhadap kualitas hidup mereka. Tujuan penelitian: Mengidentifikasi korelasi antara kualitas tidur dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pasundan Kota Samarinda tahun 2023. Metode: Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik accidental sampling dilakukan terhadap 58 penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pasundan Kota Samarinda. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur dan The Diabetes Quality of Life (DQOL) Brief Clinical Inventory (BCI) untuk kualitas hidup. Data diolah dengan menggunakan uji Pearson. Hasil: Terdapat adanya hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pasundan dengan arah negatif dan kekuatan korelasi rendah (r=0,301) dan arah korelasi negatif (p=0,022). Korelasi negatif (terbalik) berarti semakin tinggi skor kualitas tidur, semakin rendah skor kualitas hidup dan sebaliknya. Artinya, jika seseorang memiliki kualitas tidur yang buruk (ditunjukkan dengan skor tinggi pada penilaian kualitas tidur), maka kualitas hidupnya rendah (ditunjukkan dengan skor rendah pada penilaian kualitas hidup). Kesimpulan: Kualitas tidur yang buruk mengindikasikan kualitas hidup yang rendah, dan sebaliknya. Penderita diabetes melitus tipe 2 disarankan menjaga rutinitas tidur, olahraga, pola makan, dan manajemen stres untuk meningkatkan kualitas tidur dan hidup.