Pengalaman menyaksikan dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilalui oleh seorang anak merupakan pengalaman traumatis yang dapat memberikan dampak negatif dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga diperlukan adanya mekanisme koping agar seorang anak tidak mengalami dampak jangka panjang yang destruktif pada usia dewasa awal. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan ialah dengan melakukan pemaafan. Pemaafan merupakan suatu bentuk perilaku untuk merasakan kedamaian dalam diri dengan mengembangkan emosi positif dan belajar untuk menerima kesalahan orang lain terhadap diri serta berdamai dengan peristiwa buruk yang dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika pemaafan pada dewasa awal penyintas kekerasan dalam rumah tangga serta faktor-faktor yang memengaruhi tercapainyapemaafan. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data digunakan dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan purposive sampling yang menemukan empat orang dewasa awal yang terindifikasi memiliki pemaafan sedang dan tinggi. Teknik analisa data kualitatif yang digunakan ialah dengan teknik triangulasi data. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan dinamika pemaafan pada penyintas kekerasan dalam rumah tangga yang dimana keempat subjek yang merupakan perempuan dewasa awal yang mengalami perubahan motivasi untuk menghindar dan motivasi untuk membalas dendam serta memiliki motivasi untuk berbuat baik terhadap pelaku kekerasan yaitu bapak subjek. Faktor-faktor yang memengaruhi secara keseluruhan yaitu faktor rasa empati, norma sosial dan norma agama, rasa tanggung jawab dan interdependensi.