Latar belakang: Dewasa ini, masyarakat menganggap bahwa kebahagiaan berasal dari uang. Hal ini sejalan dengan paham hedonisme yang menganggap bahwa kebahagiaan dicari dengan mengumpulkan kesenangan sebanyak-banyaknya serta paham materialisme bahwa materi dapat membawa kebahagiaan. Namun hal tersebut bertentangan dengan kondisi keempat subjek yang terdeteksi memiliki kebahagiaan rendah menurut Oxford Happiness Questionnaire (OHQ). Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penyebab, dampak, dan upaya subjek dengan status sosial ekonomi orang tua tinggi dalam menghadapi kebahagiaannya yang rendah. Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini adalah individu dengan status sosial ekonomi orang tua tinggi dengan kebahagiaan yang rendah. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan skala. Hasil penelitian: Beberapa faktor penyebab kebahagiaan rendah berupa kelaparan emosional, penghakiman, kurangnya keterlibatan diri, diremehkan, adanya tekanan dari keluarga, merasakan kekosongan, inner child, kesepian, family issues, ketiadaan penyebab, impian yang tidak bisa dicapai, banyaknya aturan, tertekan. Dari sini, terlihat pola penyebab para subjek mengalami permasalahan tersebut dikarenakan kurangnya ikatan orang tua-anak dan kurangnya validasi dalam diri subjek yang mana hal tersebut membuat mereka tidak memenuhi kebutuhan pengakuan secara teori kebutuhan Maslow. Dampak pada subjek berupa mencari validasi dari luar, silent treatment, abandoned issues, trust issues, insecurity, suicidal thought, merasakan kekosongan/kesepian, mati rasa, kesulitan memiliki tujuan hidup, sulit fokus, sering melamun, mudah terpicu rasa trauma, membatasi diri, apatis, egois, banyak berpasrah, kurang bisa memaknai kehidupan, kurang bisa memahami kehidupan, kurang bisa produktif, kurang bisa melanjutkan kegiatan, menangis tanpa sebab, kurangnya keterlibatan diri, pengerjaan tugas mendekati tenggat waktu, merasakan perasaan negatif, tidak bisa merasakan kepuasan diri, hancurnya target yang ingin dikejar, dan overthinking. Upaya dalam meningkatkan kebahagiaan berupa impulsive buying, imaginary world, vaping, mabuk, mencari pengakuan dari luar, memaksakan diri, bekerja, menjauhi lingkungan, mencari pasangan, menangis, membantu/menyenangkan orang lain, belajar bersyukur, tidur, makan, berbincang dengan teman, menonton film, mendengarkan musik, memendam perasaannya, berjalan-jalan, merokok, mengabaikan perkataan orang lain, mencoba hal-hal baru, mengingat kejadian yang berkesan, tidak melibatkan perasaan di pekerjaannya, berusaha untuk melupakan permasalahan, afirmasi positif, dan bunuh diri. Keempat subjek baru akan merasakan kebahagiaan dengan cara memberi, mencari momen berkesan, atau menyenangkan diri sendiri dengan impulsive buying. Dengan hal itu, para subjek mendapatkan validasi. keempat subjek juga kesulitan untuk melakukan tugas perkembangan yang salah satu diantaranya adalah mencari pekerjaan karena keseluruhan subjek belum memiliki tujuan hidup. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kemungkinan kegagalan dari tugas perkembangan sebelumnya yaitu tugas perkembangan remaja yang berupa pencarian identitas diri di mana keempat subjek mengalami kegagalan dalam mengeksplorasi diri mereka dan berakhir mengisolasi diri seperti yang dilakukan keempat subjek dan mengganggu keterlibatan diri mereka. Hal ini berujung pada kebahagiaan mereka yang rendah