Penyakit Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan global yang signifikan. Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menduduki urutan ke-17 se-Indonesia dan ke-2 se-Kalimantan dengan kasus TB tertinggi. Selain itu, Kaltim juga menjadi tujuan migrasi terbanyak ke-6 di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko penularan dan penyebaran TB lebih tinggi lagi. Oleh karenanya, langkah antisipatif diperlukan untuk memperkuat upaya pencegahan dan pengendalian TB di Kaltim. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menganalisis hasil prediksi insidensi TB berdasarkan studi keilmuan epidemiologi, sehingga data sekunder yang dimiliki oleh pihak instansi dapat dimanfaatkan lebih optimal. Penelitian ini bersifat observasional dan deskriptif, menggunakan data kuantitatif dengan analisis time series insidensi TB dari tahun 2020-2023 dengan pengolahan data model ARIMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun 2020-2023, insidensi TB di Kaltim mencapai 21.635 kasus. Mayoritas kasus adalah laki-laki, usia 25-34 tahun, dan terdiagnosis klinis TB paru. Sebagian besar kasus terdistribusi tinggi di Kota Balikpapan, Samarinda, dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil prediksi diperoleh kasus baru sebesar 6.732 dan 7.088 kasus pada tahun 2024 dan 2025. Tren peningkatan kasus TB bervariasi di setiap kab/kota dengan menggunakan model ARIMA yang berbeda-beda. Hasil prediksi insidensi TB dapat ditinjau dengan menganalisis situasi berdasarkan status penyakit TB, kependudukan (usia rentan dan arus migrasi), status upaya kesehatan, dan lingkungan (kondisi iklim dan kepadatan penduduk/hunian yang tinggi). Dengan demikian, hasil prediksi dapat menjadi upaya memperkuat kewaspadaan peningkatan insidensi TB dan diharapkan dapat memberikan gambaran lebih baik tentang dinamika penyebaran TB di Kaltim untuk mendukung pengambilan kebijakan pencegahan dan pengendalian yang efektif.