Pembuatan Biskuit tepung beras merah pregelatinisasi dan non pregelatinisasi lokal Kalimantan Timur dilakukan sebagai upaya peningkatan gizi dan berpotensi sebagai pangan fungsional. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan biskuit beras merah terhadap nilai proksimat, sensoris, β-karoten, α-tokoferol, dan warna yang sesuai SNI biskuit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan formalasi dua metode penepungan (non pregelatinisasi dan pregelatinisasi) terhadap dua jenis beras merah lokal (SMC 213 dan SMC SMC 279) dan 1 jenis beras merah kontrol (BMK) untuk melihat apakah beras lokal yang digunakan berpengaruh terhadap nilai gizi makro dan mikro. Hasil penelitian menunjukkan proses pregelatinisasi dan non pregelatinisasi berpengaruh terhadap jenis tepung yang signifikan terhadap kadar air (3,78%), kadar abu (1,34%), kadar lemak (22,25%), protein (6,83%), karbohidrat (72,82%), β-karoten (294.14µg/100g), serta α-tokoferol (295,95 mg/kg). Warna pada *L Light (62,81), kroma a* merah (10,77), kroma b* Kuning (22,08), dan nilai sensoris biskuit yang paling disukai terdapat pada sampel SMC 279 pregelatinisasi . Pada beberapa varietas tepung beras merah yang diolah menjadi biskuit menunjukan hasil verietas SMC 213 non pregelatinisasi sebagai kandidat pangan fungsional terbaik karena mempunyai kandungan gizi yang sesuai dengan SNI biskuit, serta sensoris yang dapat diterima oleh panelis saat dilakukan uji organoleptik.