Kehadiran anak yang memiliki gangguan spektrum autisme tentu akan memengaruhi kehidupan keluarga, termasuk saudara kandung. Saudara dari anak dengan gangguan spektrum autisme kerap menerima perlakuan yang berbeda dari orang tua dan diberikan tanggung jawab untuk membantu orang tua dalam merawat dan mengasuh saudaranya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hubungan persaudaraan pada remaja akhir yang memiliki saudara dengan gangguan spektrum autisme. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat subjek memiliki hubungan yang positif dengan saudara yang mengidap gangguan spektrum autisme. Hal ini dapat dilihat melalui dimensi-dimensi dalam hubungan persaudaraan. Pada dimensi kehangatan, ditandai dengan adanya dukungan yang diberikanremaja untuk membantu saudaranya menjalankan aktivitas sehari-hari. Pada dimensi kekuasaan, remaja yang berperan lebih dominan terhadap saudara yang memiliki gangguan spektrum autisme. Pada dimensi konflik, hanya terdapat konflik kecil dan cenderung berakhir karena remaja yang berusaha memahami kondisi saudaranya yang berbeda. Pada dimensi persaingan, ditemukan persaingan, tetapi hanya terjadi masa kanak-kanak dan remaja awal. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi hubungan persaudaraan pada keempat subjek, di antaranya struktur keluarga, hubungan orang tua dan anak, serta perlakuan orang tua.