Batubara merupakan salah satu sumber energi penting di Indonesia yang cukup besar jumlah sumber daya maupun cadangannya. Batubara pada masa depan akan memiliki prospek dan peluang yang baik untuk dikembangkan. Cekungan kutai merupakan cekungan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, karena pada daerah ini ditemukan banyakendapan batubara berumur Tersier. Batubara di Cekungan Kutai dipengaruhi oleh adanya proses genang laut, regresi, dan transgresi yang mempengaruhi material sedimen pembentuk batubara. Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini berupa menganalisis kondisi geologi daerah penelitian, menguraikan hasil analisis proksimat serta menentukan peringkat batubara. Tahap penelitian dibagi menjadi penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan berupa pemetaan geologi, sedang penelitian laboratorium terdiri dari pengujian proksimat batubara dan nilai kalori batubara. Satuan geomorfologi daerah penelitian berdasarkan aspek-aspek geomorfologi digolongkan kedalam 4 satuan bentuk lahan, yaitu Satuan Bentuk lahan Antropogenik (A1), Satuan Bentuk lahan Perbukitan Terkikis(D1), Satuan Bentuk lahan Tubuh Sungai (F1) dan Satuan Bentuk lahan Dataran Aluvial (F2). Daerah penelitian memiliki pola aliran Subdendritik, serta stadia daerah penelitian berupa stadia dewasa karena bentuk lembahnya yang cenderung berbentuk “U”. Stratigrafi daerah penelitian dengan diurutkan dari tua kemuda yaitu Satuan Batupasir Dasaq, dan Satuan Batulempung Dasaq serta endapan lempung. Struktur geologi daerah penelitian berupa kekar gerus yang terdapat pada LP 30. Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada kala Miosen hingga Holosen yang mana pola dinamika sedimentasi berpengaruh dalam proses pembentukannya. Daerah penelitian masuk bagian dari cekungan kutai, dimana pada cekungan kutai memiliki sebaran batubara yang menarik untuk di teliti kualitas dan peringkatnya. Pengambilan sampel batubara pada daerah penelitian dilakukan pada seam A6 dengan 3 titik yang berbeda. Pengujian kualitas batubara menggunakan analisis proksimat. Penentuan peringkat batubara menggunakan klasifikasi ASTM dengan melihat nilai volatile matter, fixed carbon, dan caloric value. Apabila kandungan fixed carbon lebih rendah dari 69% dan kandungan volatile matter lebih besar dari 31%, maka penentuan peringkat batubara dapat ditentukan dengan melihat kandungan caloric value. Dari hasil analisis yang dilakukan didapatkan bahwa batubara pada daerah penelitian masuk kedalam peringkat batubara Subituminous B.