Risiko hadir hampir di setiap kegiatan dan akan mendatangkan kerugian jika tidak ditangani. Penelitian ini mendiskusikan cara mengelola risiko yang terjadi pada proses produksi di industri makanan. Industri ini memiliki kaitan erat dengan ekspektasi pelanggan seperti pada aspek rasa, harga, penampilan, dan ketersediaan. Ekspektasi tersebut dipenuhi melalui proses produksi dengan mengubah bahan baku menjadi produk yang sesuai. Usaha Bakpao Ayam Kota Tepian mengalami beberapa risiko pada tahap produksinya. Kegagalan atau risiko pada proses produksi akan menurunkan kepuasan pelanggan yang berpotensi menyebabkan kerugian finansial. Untuk mengidentifikasi risiko yang terjadi dan menilai tingkat kepentingannya digunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Ditemukan bahwa terdapat sebanyak 21 risiko yang terjadi pada proses produksi yang didapatkan melalui tahap observasi dan wawancara dengan pemilik. Risiko tersebut kemudian dinilai berdasarkan tingkat severity, occurrence, dan detection melalui tahap pengisian kuisioner untuk menentukan nilai Risk Priority Number (RPN). Diagram Pareto digunakan untuk menentukan risiko yang memiliki dampak signifikan jika diberi perlakuan. Ditemukan terdapat 5 risiko dengan nilai RPN tertinggi yang mejadi penghasil 80% dari total nilai RPN. Risiko tersebut adalah mesin pengaduk rusak dengan nilai 360, fluktuasi harga bahan baku dengan nilai 320, pemadaman listrik dengan nilai 240, pekerja produksi mengalami keletihan dengan nilai 144, aliran air berhenti dengan nilai 60. Risiko tersebut kemudian dianalisis lanjut menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) untuk menemukan peristiwa penyebab terjadi risiko. Hasil dari manajemen risiko yang dilakukan berperan sebagai dasar bahan pertimbangan dalam membentuk usulan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk menangani risiko. Penerapan usulan perbaikan dalam kegiatan produksi diharapkan dapat mengurangi dampak kerugian yang berpotensi dialami usaha.