Penyalahgunaan obat batuk komix yang mengandung dextromethorphan (DXM) terjadi di Kota Sangatta, Kutai Timur. Obat yang seharusnya digunakan untuk penekan batuk dan pilek, justru disalahgunakan sebagai alat untuk mendapatkan efek kesenangan atau euphoria. Pada tahun 2018, Kota Sangatta mulai teridentifikasi kota darurat obat batuk cair. Maraknya terjadi dikarenakan
kedapatan banyak sisa kemasan komix berserakan di sekitar wilayah Kota Sangatta. Fenomena kasus penyalahgunaan obat ini banyak dilakukan oleh remaja terutama yang masih berstatus pelajar. Adapun tempat yang rawan di gunakan salah satunya yaitu Polder Ilham Maulana yang berlokasi di Kelurahan Teluk Lingga, Kecamatan Sangatta Utara, Kutai Timur. Penelitian ini untuk mengetahui perilaku penyalahgunaan obat batuk komix di kalangan remaja di Polder Ilham Maulana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data
menggunakan observasi yang dilakukan di Polder Ilham Maulana dan wawancara kepada informan yang telah ditentukan, diantara remaja pengguna obat batuk komix, orang tua, guru, teman pengguna, seta kepala Kelurahan Teluk Lingga. informan yang berpengaruh yaitu remaja pengguna obat batuk komix sebanyak 10 informan. Adapun tujuan penelitian yaitu kategori penyebab remaja terjebak dalam perilaku penyalahgunaan obat batuk komix, proses asosiasi-asosiasi remaja menjadi bagian dari komunitas pengguna obat batuk komix, pengalaman yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat batuk komix, penghargaan yang diperoleh berperilaku mengkonsumsi obat batuk komix, stereotipe yang berlaku di kelompok pengguna obat batuk komix, dan perubahan posisi-posisi sosial di dalam kelompok pengguna obat batuk komix. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab remaja terjebak dalam perilaku penyalahgunaan obat batuk komix, pertama mengikuti trend penggunaan obat batuk komix di lingkungan pertemanan. Kedua sebagai bentuk pelarian dari frustasi atau masalah yang dihadapi. Ketiga berada di lingkungan pertemanan,
waktu luang dihabiskan dengan mengkonsumsi komix sehingga timbul keinginan untuk melakukan perilaku yang sama. Keempat sebagai bentuk pengalaman di masa muda. Kelima ingin membuktikan apakah sugesti yang didapatkan dari teman, itu benar atau tidak adanya. Dari adanya kategori-kategori penyebab remaja terjebak dalam perilaku penyalahgunaan obat batuk komix, awal penyebab yang sangat dominan adalah berasal dari pengaruh lingkungan pertemanan. Sesuai dengan teori asosiasi diferensial dari Edwin Sutherland bahwa perilaku atau tingkah laku diperoleh dari adanya interaksi serta komunikasi secara intens sehingga dapat mempengaruhi diri seseorang terutama perilaku. Obat batuk komix menjadi atribut utama sehingga membentuk sebuah kelompok dan juga mempererat ikatan anggota di dalam kelompok tersebut. Di dalam kelompok ini muncul label menganggap dirinya kuno, tidak trendi dan dianggap bukan laki-laki untuk kategori remaja didalamnya apabila tidak mengkonsumsi obat batuk komix, label dianggap cupu untuk kategori remaja didalamnya apabila mengkonsumsi obat batuk komix kurang dari 10 bungkus komix, dan label dianggap keren untuk kategori remaja di dalamnya apabila mengkonsumsi obat batuk komix lebih dari 30 bungkus. Di dalam kelompok, terbentuk sistem sosial yang baru yang menumbuhkan nilai-nilai afeksi yang menentramkan para remaja dari masalah keluarga atau pribadi. Ikatan sosial yang intim, labelisasi di dalam grup, pengakuan-pengakuan dan dukungan kelompok membuat remaja merasa mendapatkan ‘rumah baru” yang menentramkan. Selain itu kontrol sekolah dan lingkungan terdekat yang sangat lemah membuat praktik perilaku penyalahgunaan obat batuk komix menjadi leluasa dilakukan. Tempattempat di sekitar fasilitas publik yang tidak diawasi dengan baik akan rentang digunakan melakukan perilaku penyimpangan.
Kata Kunci : Penyalahgunaan, Perilaku, Obat Batuk Komix, Remaja