Tutupan lahan merupakan kondisi kenampakan biofisik berupa vegetasi, fauna, flora, tanah, topografi, hutan, air, dan struktur pembangunan yang terdapat pada permukaan bumi yang diamati. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis dan luas tutupan lahan serta nilai koefisien limpasan komposit yang terdapat di kawasan Sub-sub DAS Lingai. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini ialah tersedianya informasi data jenis dan luas tutupan lahan serta nilai koefisien limpasan komposit di kawasan Sub-sub DAS Lingai. Berdasarkan hasil interpretasi foto udara drone penutup lahan di Sub-sub DAS Lingai yang dilakukan secara visual menggunakan kunci interpretasi, didapatkan data jenis tutupan lahan sebanyak 38 kelas jenis tutupan lahan dari 4 kelas utama tutupan lahan. Untuk kelas lahan bervegetasi tutupan lahan yang mendominasi adalah tutupan lahan hutan lahan rendah sekunder kerapatan rendah dengan luasan sebesar 46,20 ha atau 20,92%, sedangkan untuk kelas lahan terbangun tutupan lahan yang mendominasi yaitu bangunan pemukiman dengan luasan 35,67 ha atau 16,15%, selanjutnya untuk kelas lahan kosong tutupan lahan yang mendominasi yakni tanah terbuka dengan luasan 9,14 ha atau 4,14% dan untuk kelas tubuh air yang mendominasi ialah rawa dengan luasan sebesar 16,12 ha atau 7.30%. Data tutupan lahan yang dihasilkan dari foto udara drone yang dilakukan di Sub-sub DAS Lingai pada tahun 2021 diperoleh hasil yang sangat rinci dan detail, hal ini dikarenakan citra drone merupakan hasil foto udara yang telah diolah menjadi orthophoto dengan resolusi yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien limpasan permukaan di Sub-sub DAS Lingai, maka diketahui bahwa total nilai komposit koefisien limpasan permukaan yang didapatkan yaitu sebesar 0,317. Nilai komposit koefisien limpasan permukaan yang telah didapatkan menunjukkan bahwa kawasan Sub-sub DAS Lingai termasuk dalam kriteria kelas sedang dalam hal klasifikasi koefisien limpasan permukaan (C). Hal ini disebabkan oleh adanya pembukaan lahan dan aktivitas manusia dalam pembangunan dari hilir ke hulu seperti pembuatan pemukiman, pengerasan lahan dan lain sebagainya. Sehingga menyebabkan lahan pada Sub-sub DAS Lingai kurang mampu dalam menahan limpasan air.