Skizofrenia adalah gangguan jiwa kronis dengan kombinasi gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, disfungsi motivasi dan kognitif. Terapi farmakologi yang efektif untuk mengatasi skizofrenia adalah obat golongan antipsikotik. Akan tetapi, penggunaan antipsikotik dapat menimbulkan efek samping bagi penggunanya, seperti sindrom ekstrapiramidal. Efek samping terhadap penggunaan obat antipsikotik dapat memengaruhi kepatuhan minum obat pasien skizofrenia. Ketidakpatuhan minum obat dapat berdampak pada risiko tingkat kekambuhan yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola pengobatan antipsikotik dengan kejadian sindrom ekstrapiramidal pada pasien skizofrenia di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case-control study. Data penelitian berasal dari rekam medik pasien skizofrenia di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda periode Januari 2022-Oktober 2023 dengan metode pengambilan sampel berupa purposive sampling. Didapatkan sebanyak 86 sampel yang terdiri dari 43 pasien skizofrenia dengan sindrom ekstrapiramidal dan 43 pasien skizofrenia yang tidak mengalami sindrom ekstrapiramidal. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dengan nilai p=0,645, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan pola pengobatan antipsikotik baik politerapi maupun monoterapi dengan kejadian sindrom ekstrapiramidal di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.