Perbankan yang stabil dengan kondisi yang sehat akan menentukan efektivitas pelaksanaan dalam kebijakan moneter. Demikian sebaliknya, terjaganya stabilitas moneter mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas perbankan. Dengan begitu perlu dilakukan analisa kesehatan bagi perbankansebagai peringatan awal sebagai tanda-tanda sehat atau tidak sehatnya suatu bank, sehingga baik bagi pihak bank dalam melakukan perbaikan atau peringatan dini. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas bank dari faktor internal, yaitu : ukuran bank, efisiensi dan capital buffer, sedangkan faktor eksternal yaitu : produk domestik bruto (PDB), inflasi dan suku bunga. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menguji pengaruh ukuran bank, efisiensi dan capital buffer, PDB, inflasi dan suku bunga terhadap stabilitas bank konvensional di Indonesia periode tahun 2018-2022. Metode Penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari website resmi Badan Pusat Statistik (BPS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI) dan laporan keuangan tahunan dari 12 bank konvensional yang termasuk dalam kategori KBMI kategori 3 periode 2018- 2022. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package For Sosial Science) versi 21. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial variabel capital buffer memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap stabilitas bank, sedangkan variabel ukuran bank, efisiensi dan PDB memiliki pengaruh positif dan tidak signifkan terhadap stabilitas bank, sedangkan variabel suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifkan terhadap stabilitas bank, sementara variabel inflasi memiliki pengaruh negatif dan tidak signifkan terhadap stabilitas bank. Simpulan penelitian membuktikan bahwa peningkatan ukuran bank dapat memberi pengaruh positif bagi stabilitas bank, hal ini disebabkan karena perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini perusahaan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Kemudian efisiensi yang tinggi mengindikasikan peningkatan stabilitas bank, begitu juga sebaliknya jika efisiensi semakin rendah maka tingkat risiko suatu bank juga akan semakin tinggi. Selanjutnya capital buffer digunakan sebagai strategi dalam mengurangi risiko terhadap stabilitas sistem keuangan dan perekonomian ketika bank mengalami kegagalan. Kemudian kenaikan PDB yang dihasilkan dapat menyebabkan ekspansi dalam semua kegiatan ekonomi yang meningkatkan kemampuan para debitur untuk memenuhi kewajibannya yang akan berdampak bagi stabilitas bank itu sendiri. Selanjutnya meningkatnya inflasi jelas akan meningkatkan resiko pasar yang terkandung dalam neraca bank-bank yaitu dana yang dihimpun bank akan berkurang dan stabilitas bank di Indonesia akan mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan indeks stabilitas perbankan yang tinggi. Serta suku bunga mengalami kenaikan maka risiko kredit debitur dapat meningkat sehingga permintaan riil akan kredit menurun, sehingga risiko perbankan khususnya risiko likuiditas dari sisi simpanan dan resiko kredit macet juga akan terus meningkat yang akan menyebabkan stabilitas perbankan akan mengalami penurunan.