Alasan debat perdana antarcalon wali kota Samarinda dipilih karena mempertimbangkan peserta dan tema debat. Tema yang dibahas masalah covid-19 dan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi sedangkan peserta debat hanya berfokus pada calon wali kota saja. Kemampuan penutur dalam penyampaian maksud argumen dan kecakapan mengatasi kejadian tidak terduga hingga terjadi pelanggaran prinsip kerja sama menarik untuk dikaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk tuturan ilokusi, makna implikatur, bentuk dan faktor yang malatarbelakangi pelanggaran prinsip kerja sama dalam debat perdana antarcalon wali kota Samarinda tahun 2020. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif menggunakan analisis metode padan pragmatis yaitu metode yang alat penentunya adalah mitra bicara. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap, rekam, dan catat. Video debat diunduh dari akun media sosial KPU Kota Samarinda. Hasil analisis dari bentuk tuturan ilokusi adalah ditemukan kelima bentuk tindak tutur sebagai berikut: asertif (fungsi menyatakan, menyarankan, mengeluh, mengeklaim), direktif (fungsi memerintah, memohon, menasehati), ekspresif (fungsi meminta maaf, menyalahkan, memuji), komisif (fungsi berjanji, menawarkan sesuatu, menjamin), dan deklarasi (fungsi berpasrah dan mengangkat). Makna implikatur didominasi oleh implikatur percakapan umum, dilanjut implikatur berskala, dan implikatur percakapan khusus. Berdasarkan temuan data terdapat pelanggaran yang didominasi oleh prinsip kerja sama kualitas, dilanjutkan kuantitas, pelaksanaan, relevasi, dan pelanggaran dua maksim. Berdasarkan hasil analisis ditemukan faktor pelanggaran yaitu, menginformasikan, menarik perhatian pendengar, membela, meyakinkan, sependapat dengan lawan, memberi pujian, membadingkan, kurang fokus/konsentrasi, humor, memberi penekanan, dan menyalahkan.