Gesit Tahu merupakan pabrik berskala kecil yang bergerak dalam industri tahu dan berlokasi di desa Sekurau Jaya, Kelurahan Sekurau jaya, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser. Tingkat produksi tahu pada Gesit Tahu perhari bisa mencapai rata-rata 4-5 kuintal/ hari. Hasil produksi dari Gesit Tahu merupakan tahu putih yang dikemas dan dijual menggunakan plastik dan menggunakan kaleng. Akan tetapi, pabrik Gesit Tahu belum pernah dan tidak memiliki sistem pengendalian bahan baku utama yakni kedelai. Hal ini dibuktikan dengan pabrik Gesit Tahu yang pernah mengalami
kekurangan persediaan kedelai dikarenakan permintaan yang tinggi. Pemesanan permintaan kedelai yang dilakukan oleh Gesit Tahu biasanya dilakukan setiap 1 kali sekali dalam sebulan dengan permintaan yang beragam tergantung kebutuhannya yakni 13 ton, 14 ton, dan 15 ton. Untuk mendukung tercapainya ketersediaan bahan baku yang optimal dengan ongkos yang optimal pula, diperlukan suatu analisis pengelolaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan metode persediaan. Metode persediaan yang digunakan adalah metode EOQ (Economic Order Quantity). EOQ digunakan untuk menentukan jumlah pesanan paling ekonomis serta frekuensi pemesanan yang optimal yang dapat dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan permintaan. Metode ini digunakan juga untuk mencegah ternyadinya kekurangan persediaan dalam hal produksi sehingga dapat menghemat biaya persediaan kedelai perusahaan. Hasil yang diperoleh yakni pengelolaan persediaan kedelai dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) karena total biaya persediaan yang dihasilkan lebih minimum dibandingkan kebijakan perusahaan saat ini. Besar biaya
persediaan apabila pabrik gesit tahu menerapkan metode Economic Order Quantity(EOQ) yakni Rp2.223.077.461 lebih minimum dibandingkan dengan metode kebijakan perusahaan Rp2.223.619.662. Selisih penurunan biaya persediaan apabila menggunakan metode Economic Order Quantity yakni sekitar Rp542.201, atau 0,02%`lebih hemat dari pada kebijakan perusahaan dalam kurun waktu satu tahun.