Pembukaan lahan terus dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan lahan untuk membangun struktur pendukung di masa depan dan kemajuan teknologi. Degradasi bentang alam, erosi, sedimentasi, hilangnya kesuburan tanah, dan pencemaran air adalah dampak yang ditimbulkan dari penambangan batu bara di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui laju peresapan air atau infiltrasi dan nilai permeabilitas pada 2 (dua) kondisi lahan yaitu bekas tambang ilegal dan lahan tidak terganggu di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto. Kegiatan pengukuran laju infiltrasi menggunakan alat double ring infiltrometer dan ring sampel untuk mengambil sampel tanah lalu diuji menggunakan alat permeameter untuk mengukur nilai permeabilitas di Laboratorium Sumberdaya Hayati Kalimantan, PUSREHUT. Hasil penelitian menunjukkan laju infiltrasi pada lahan tidak terganggu lokasi KM 54 sebesar 275,2 mm/jam yang termasuk ke dalam kelas sangat cepat, lahan bekas tambang lokasi KM 68 sebesar 244,6 mm/jam serta pada lahan bekas tambang lokasi KM 48 sebesar 145,7 mm/jam yang termasuk ke dalam kelas cepat. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, nilai permeabilitas tanah pada lahan tidak terganggu lokasi KM 54 sebesar 6,41 cm/jam yang termasuk ke dalam kelas agak cepat, lahan bekas tambang lokasi KM 68 sebesar 6,26 cm/jam serta pada lahan bekas tambang lokasi KM 48 sebesar 3,66 cm/jam yang termasuk ke dalam kelas sedang. Sifat fisik tanah seperti struktur tanah, tekstur tanah, porositas tanah, kerapatan lindak atau bulk density di lokasi penelitian menjadi faktor terjadinya perbedaan laju infiltrasi pada beberapa kondisi lahan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya upaya revegetasi atau penanaman kembali untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang hilang agar mencegah lahan menjadi kritis dan mengembalikan lahan yang berfungsi sebagaimana mestinya.