Inovasi Pelayanan Publik Dalam Peningkatan Daya Saing di Kantor Pos Tenggarong. Di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Dr. Enos Paselle, M.AP selaku dosen pembimbing 2 (dua). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui inovasi pelayanan publik dalam peningkatan daya saing di Kantor Pos Tenggarong, serta mengetahui faktor penghambat pada inovasi pelayanan publik dalam peningkatan daya saing di Kantor Pos Tenggarong. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah inovasi produk dan jasa layanan, inovasi proses pelayanan, inovasi perubahan karakteristik dan penyediaan fasilitas publik, serta faktor penghambat pada inovasi pelayanan publik dalam peningkatan daya saing di Kantor Pos Tenggarong. Dalam penelitian ini key informan adalah Kepala Kantor Pos Tenggarong didukung informan lainnya adalah Manajer Pelayanan, Manajer Proses dan Antaran, Customer Service, kurir atau pengantar, serta masyarakat yang menggunakan jasa Kantor Pos Tenggarong. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam analisis data menggunakan analisis model interaktif (interactive model) oleh Miles, Huberman, dan Saldana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inovasi pelayanan publik dalam peningkatan daya saing di Kantor Pos Tenggarong belum menerapkan seluruh produk dan jasa layanan dari Pos Indonesia, terdapat keluhan dari pengguna jasa setidaknya 5 (lima) kasus pengaduan setiap harinya terkait pelayanan Kantor Pos Tenggarong, serta penyediaan fasilitas publik belum maksimal karena belum tersedianya fasilitas umum seperti toilet, fasilitas ramah disabilitas dan lansia, serta Pos Indonesia masih mempersiapkan pelayanan berbasis digital guna pelacakan paket secara akurat. Sehingga pada kenyataan yang ada di lapangan belum sepenuhnya Kantor Pos Tenggarong melaksanakan inovasi pelayanan publik. Faktorfaktor penghambat inovasi pelayanan publik dalam peningkatan daya saing di Kantor Pos Tenggarong antara lain keterbatasan sumber daya manusia baik dari segi kualitas dan kuantitas, serta kurangnya kemampuan komunikasi pegawai front office dengan pengguna jasa.