Paraxylene digunakan sebagai bahan baku bagi pabrik penghasil dimetyl terephtalate (DMT) dan terephtalic acid (TPA) dimana keduanya adalah produk antara dalam produksi polyester. Keduanya digunakan dalam pembuatan polyethylene terephtalate (PET) dan DMT juga digunakan dalam pembuatan polybutylene terephtalate (PBT). Proses metilasi toluena menghasilkan paraxylene dengan kemurnian 99,8%, reaksi ini juga memproduksi Trimethylbenzena sebagai produk samping yang digunakan sebagai plasticizer, bahan bakar jet dan lain-lain. Pabrik ini direncanakan berdiri di kota Bontang, Kalimantan Timur pada tahun 2031. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada ketersediaan bahan baku, transportasi, dan ketersediaan sarana pendukung lainnya. Tahapan proses reaksi terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan bahan baku, pembentukan produk di reaktor dan tahap pemisahan dan pemurnian. Alat – alat utama yang digunakan meliputi tangki penyimpanan toluena dan metanol, reaktor, vaporizer, flash drum, dekanter, Menara distilasi 1 dan 2, serta tangki penyimpanan produk utama dan produk samping, sedangkan alat pendukung yang digunakan adalah pompa, kondensor, cooler, heater. Perusahaan ini berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang memiliki jumlah karyawan 174 orang. Dari hasil analisa ekonomi yang dilakukan, diperoleh Pembangunan konstruksi dan instalasi pabrik dilakukan selama 2 tahun sehingga pabrik dapat beroperasi mulai tahun 2031. Keuntungan sebelum pajak Rp 95 Milyar /tahun, dan keuntungan setelah pajak sebesar Rp 71 Milyar/tahun. Presentase ROI sebelum pajak sebesar 24,92 % dan ROI setelah pajak sebesar 18,69 %. POT sebelum pajak selama 2,86 tahun dan POT setelah pajak selama 3,49 tahun. Break Event Point (BEP) pada 43,90 %, dan Shut Down Point (SDP) pada 33,28%. Dari hasil analisa ekonomi di atas dan jika di tunjang dengan perekonomian Indonesia yang stabil, maka pabrik Paraxylene dengan kapasitas 100.000 ton pertahun layak (feasible) didirikan