Dalam era kemajuan teknologi saat ini, Augmented Reality (AR) telah merambah berbagai sektor, termasuk pendidikan dan konservasi hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi AR sebagai sarana pengenalan beruang madu, sebuah spesies terancam punah, dengan pendekatan interaktif dan menarik. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya konservasi. Metode MDLC (Multimedia Development Life Cycle) digunakan dalam penelitian ini, mencakup tahap konseptualisasi, desain, pengumpulan materi, perakitan (assembly), pengujian, dan distribusi. Tahap perakitan melibatkan kreativitas dalam menciptakan elemen multimedia menggunakan perangkat lunak Blender untuk objek 3D Beruang Madu dan Figma untuk antarmuka pengguna, yang kemudian digabungkan dalam platform Unity. Objek 3D Beruang Madu menampilkan tiga mode berbeda: "beruang berdiri dengan 4 kaki," "beruang berdiri dengan 2 kaki," dan "beruang berjalan." Antarmuka pengguna dirancang dengan elemen-elemen seperti tombol dan ikon. Proses pembangunan aplikasi mencakup pengujian yang mengungkapkan adanya bug tampilan pada satu perangkat pengujian. Fungsi input-output aplikasi teruji dengan baik, dan pengujian markerless AR menghasilkan pengaturan yang optimal untuk intensitas cahaya (50 lx-500 lx) dan jarak antara titik markerless dan kamera (60 cm – 150 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lantai biasa dan reflektif cocok sebagai media penampilkan augmented reality, sementara dinding dan atap tidak cocok. Penelitian ini berhasil mengembangkan aplikasi AR berbasis Android yang menggabungkan inovasi teknologi dengan tujuan memperkenalkan hewan beruang madu. Aplikasi ini memberikan pengalaman interaktif dan edukatif kepada pengguna dengan harapan dapat mendorong kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap beruang madu beserta ekosistemnya.